Mengapa Saya Kembali Menulis di Blog Pribadi di Tengah Riuh Media Sosial

Mengapa Saya Kembali Menulis di Blog Pribadi di Tengah Riuh Media Sosial

Ada masa ketika blog menjadi ruang paling jujur untuk menulis. Tidak dibatasi algoritma, tidak dikejar angka, dan tidak harus viral. Namun seiring berkembangnya media sosial, banyak blog pribadi perlahan ditinggalkan, termasuk blog ini. Hingga pada satu titik, saya memutuskan untuk kembali menulis.

Keputusan ini bukan karena tren, melainkan karena kebutuhan. Kebutuhan untuk memiliki ruang yang tenang, tempat pikiran bisa disusun dengan lebih pelan dan lebih jujur.

Ketika Media Sosial Terlalu Bising

Media sosial menawarkan kecepatan dan reaksi instan. Setiap opini dituntut singkat, setiap cerita harus menarik dalam hitungan detik. Lama-kelamaan, saya merasa lelah mengikuti ritme tersebut. Banyak hal yang ingin disampaikan, tetapi tidak semuanya cocok diringkas menjadi potongan kalimat pendek.

Di sinilah blog kembali terasa relevan. Ia memberi ruang untuk berpikir, bukan sekadar bereaksi.

Blog Pribadi sebagai Arsip Pikiran

Menulis di blog bukan hanya tentang dibaca orang lain. Bagi saya, blog adalah arsip. Ia menyimpan jejak pikiran, perubahan sudut pandang, dan proses pendewasaan yang tidak selalu terlihat dari luar.

Tulisan yang dibuat hari ini mungkin terasa biasa saja, tetapi beberapa tahun ke depan bisa menjadi pengingat tentang siapa diri kita pada satu fase tertentu.

Menulis Tanpa Target, Tapi Punya Tujuan

Saya tidak kembali menulis dengan target trafik atau popularitas. Tujuannya sederhana: menulis dengan jujur dan konsisten. Menulis untuk merapikan pikiran, bukan untuk mengejar validasi.

Ironisnya, justru tulisan yang jujur dan tidak dibuat untuk mengejar perhatian sering kali terasa lebih bermakna, baik bagi penulis maupun pembaca.

Tentang Konsistensi dan Waktu

Menulis di blog mengajarkan satu hal penting: konsistensi tidak selalu berarti sering. Kadang konsistensi berarti tetap kembali, meskipun sempat berhenti lama.

Tidak ada jadwal kaku di blog ini. Ada hari di mana kata-kata mengalir dengan mudah, ada pula hari di mana saya memilih diam. Keduanya sama-sama bagian dari proses.

Mengapa Blog Masih Relevan Hari Ini

Di tengah perubahan algoritma dan platform yang datang dan pergi, blog tetap menjadi ruang yang relatif stabil. Ia tidak sepenuhnya bergantung pada tren. Ia tumbuh pelan, tetapi memiliki akar yang kuat.

Bagi penulis, blog adalah tempat untuk membangun identitas. Bagi pembaca, blog menawarkan kedalaman yang sering hilang di platform lain.

Menulis sebagai Bentuk Berdamai

Bagi saya, menulis adalah cara berdamai. Berdamai dengan pikiran yang berisik, dengan perasaan yang tidak selalu bisa dijelaskan, dan dengan masa lalu yang sesekali muncul kembali.

Tidak semua tulisan harus sempurna. Tidak semua cerita harus selesai. Ada tulisan yang cukup ditulis agar tidak terus dipendam.

Penutup

Kembali menulis di blog pribadi bukan langkah mundur, melainkan langkah ke dalam. Ke dalam diri sendiri, ke dalam proses memahami, dan ke dalam kejujuran yang tidak selalu menemukan tempat di ruang publik yang serba cepat.

Blog ini akan terus diisi, pelan-pelan. Bukan untuk mengejar siapa pun, tetapi untuk tetap berjalan, meski dengan langkah kecil.

Komentar