Sobat-sobat yang di Aceh tentu sudah tidak asing lagi dengan RAFLY penyanyi yang berani tampil beda dari penyanyi Aceh yang lain dengan menggusung musik cadas atau Slow Rock ala Aceh. Penyanyi yang terkenal dengan lagu " SEULANGA" nya yang sempat dinyanyikan oleh cewe bule.
Na bungong seulanga keumang
saboh bak tangke
meube harom hai sayang
di dalam taman
tatem beu tatem sibu
bungong nak luhu
tatem beu tatem sibu
bungong nak luhu
Oh kalaye tho krang
seulanga nyan gadoh mangat bee
oh kalaye tho krang
seulanga nyan gadoh manget bee
Wahe bungong ceudah hana ban
tamse nyak dara yang candeng rupa
di teuka bala dijak peu ayang
uroe ngen malam bungong di doda
sayang sayang leupah that sayang
oh troh bak wate bungong pih mala
kahabeh duroh bak tangke leukang
keubit that sayang naseb seulanga
Wahe bungong ceudah hana ban
tamse nyak dara yang candeng rupa
di teuka bala dijak peu ayang
uroe ngen malam bungong di doda
sayang sayang leupah that sayang
oh troh bak wate bungong pih mala
kahabeh duroh bak tangke leukang
keubit that sayang naseb seulanga
Kahabeh duroh bak tangke leukang
keubit that sayang naseb seulanga.
Rafli yang terlahir dari sebuah keluarga petani pada tahun 1967 di Samadua, Aceh Selatan,sejak kecil dididik untuk menjalankan tradisi nenek moyangnya yaitu berprofesi dibidang seni suara. Ayah Rafli yang bernama Mohammad Isaadalah seorang syech (pemimpin) grup Meudikee yaitu sebuah grup suara melantunkanayat-ayat Alquran.
Karena sangat menyenangi musik Slow Rock ini pada tahun 1989 dia melupakan kesenia Aceh dan berkosentrasi di musik cada ala Aceh ini. saat itu ia masih duduk di SMP,yach namanya anak muda biasalah punya pikiran waktu itu kalau tidak belajar gitar maka akan disebut kampungan atau ketinggalan zaman.Kegiatan seninya ini berhenti disaat dia menjadi guru MIN di desa Ujung Panga, Teunom kabupaten Aceh barat sampai dia pindah mengajar di MIN seuti Banda Aceh pada tahun 2000.
Nach di tahun 2000 inilah Rafly mulai membentuk grup musik yaitu Grup Kande walaupun kadang - kadang ia sering tampil solo, pada awalnya personil kande ini terdiri dari 9 orang:
1.Rafli sebagai vokalis
2.Zulkifli sebagai peniup serune kale
3.Alu sebagai Gitaris
4.Amir sebagai pemain bass
5.Iyan sebagai Drummer
6.Munjir sebagai pemain Keyboar
7.Kiki sebagai pemain Rapa'i
8.Puput sebagai pemain Rapa'i
9.Papi sebagai pemain Rapa'i
Dalam perjalanan karirnya formasi ini sedikit berubah ketika bertambahnya pemain Rapa'i dari 3 orang menjadi 5 orang serta pergantian beberapa pemain alat musik modern, akhirnya krup kande berjumlah 11 orang.
Formasi terakhir grup Kande adalah
1. Rafli sebagai vokalis
2. Zulkifli sebagai penabuh gendrang dan peniup serunee kale
3. Rafiqi sebagai pemain Rapa'i
4. Ferdiansyah sebagai pemain Rapa'i
5. Zulfikar sebagai pemain Rapa'i
6. Islahuddin sebagai pemain Rapa'i
7. Armia sebagai pemain Rapa'i
8. Fadhlul sunnni sebagai gitaris electronic
9. Munzir sebagai pemain bass
10.Alfian sebagai drummer
11.Deddy segai Gitaris akuistik
Selama 8 bulan Grup kande ini bekerja untuk untuk meracik musik cadas ala Aceh ini Studio Murizal Taher yang akrab dipanggil Momo di kelurahan Keramat, Banda Aceh. Bersamaan dengan penggarapan album pertama " Kande" Rafly menyiapkan album solo berjudul "Hasan dan Husen&" dan saat itu Rafli didukung oleh sejumlah penyair ternama Aceh, seperti Ayah Panton, Media Hus, dan Syeh Lah Bangguna.
Walaupun banyak cobaan yang dihadapi oleh Rafli setelah berhasil menyiapkan album solo pertamanya, seperti penolakan oleh produser dan pemodal untuk memproduksi karyanya namun semangat Rafli tidak surut. sampai dia tidak habis pikir bagaimana bisa lagu yang ditawarkannya ditolak oleh setiap produser yang ditemuinya.
Berbagai alasan penolakan produser yang beranggapan bahwa lagu Rafli bahasanya bercampur ( ada bahasa Aceh,Jamee dan Idonesia ) dan musiknya dianggap terlampau tua, padahal seperti kita ketahui musik Rafli ini adalah khas dan tidak menjiplak karya orang lain seperti kebanyak penyanyi sekarang baik penyanyi Aceh maupun penyanyi Indonesia, penolakan ini sangat membuatnya kecewa, sering banget setelah penolakan oleh para produser Aceh tersebut dia mampir ke warung kopi dikepala terus timbul pertanyaan : " mengapa produser Aceh tidak mau memproduksi lagu-lagu bernuansa etnik Aceh"?.
Sebagai seorang pencipta, Rafly ingin mengetahui langsung apa yang diinginkan
masyarakat Aceh. Akhirnya, timbul ide untuk memutar albumnya di warung-warung
kopi. Sembari menikmati kopi dia mendekati pemilik kedai atau pengunjung di
situ dan menanyakan pendapat mereka tentang lagu-lagunya tanpa mengatakan siapa
pemilik lagu-lagu tersebut. Ternyata banyak yang menyatakan bahwa lagu-lagu itu
enak didengar. Reaksi spontan para pendengar membuatnya jadi bersemangat. Dia
melakukan uji dengar ini selama kurang lebih setahun. Cara ini efektif, karena
warung atau kedai kopi di Aceh tak hanya jadi tempat berkumpul melainkan juga
jadi tempat memperoleh dan bertukar informasi.
Nach mulai disini keberuntungan mulai memihak kepada Rafli,DI tempat berbeda seorang produser lokal di Banda Aceh, Syech Ghazali, juga punya kegelisahan yang sama dengan Rafly. Dia merasa musik Aceh sudah keluar dari nilai-nilai tradisinya. Suatu hari datanglah Nafrizar, teman Rafly, menawarkan album "Hasan dan Husen"(album solo pertama Rafly) kepada Ghazali yang punya kantor produksi rekaman di jalan Teuku Umar,
tepatnya di depan gedung Taman Budaya Aceh (sekarang kantornya di jalan Pocut
Baren).
Walau Syeh Gazali sering menyaksikan pagelaran Rafli di Taman budaya bersama grupnya, tapi Syeh Ghazali tidak kalau Rafli berbakat dan punya album solo, nach setelah Syeh Gazali mendengar 5 buah lagu solo Rafli termasuk "Hasan Husen" dari tape recorder kecil dia sangat tertarik dan apa yang dia cari selami ini sepertinya sudah ketemu.
hingga dia meminta kepada Nafrizal untuk membawa penyanyi lagu tersebut ke kantor dia
, setelah Nafrizal membawa Rafli ke kantor Syeh Ghazali tentu saja Gazali sangat terkejut dan tidak menyangka kalau Rafli yang selama ini tampil bersama grup kande nya juga ahli dalam album solo dan memiliki suara yang khas dan fantastis.pertemuan yang sangat menyenangkan yang merupakan awal dari kesuksesan Rafli ddunia tarik suara.
Sebelum memproduksi album "Hasan dan Husen" yang mengandalkan lagu kisah cucu Nabi
Muhammad, Hasan dan Husain itu. dia menemui pandangan pesimis dan tidak mendapat dukungan dari rekan-rekan produser namun semangat tak pernah pudar karena Syeh Gazali mendapat dukungan dari masyarakat dan sahabat-sahabatnya. Awalnya Ghazali benar-benar kewalahan karena hanya mempunyai modal sedikit,namun album ini punya arti penting buatnya. Dia merasa punya tanggung jawab moral terhadap kesenian Aceh. Dia juga tak berpikir muluk-muluk. Dia hanya berharap agar lagu ini diterima para penikmat musik Aceh.
Ghazali pernah diwawancarai sebuah radio swasta di Aceh, yang menyebutnya
berani melawan arus. Ketika itu Aceh tengah dibanjiri musik India yang liriknya
dalam bahasa Aceh.
"Saya katakan, Aceh sebenarnya kaya musiknya tapi orang-orang tidak mau menggalinya saja dan tidak mau berbuat sesuatu yang baru dari hasilkreativitas" katanya Ghazali
Setelah terjadi transaksi antara Ghazali dan Rafly melalui Nafrizal pada awalnya,
mereka langsung melakukan proses rekaman di studio Morizza Recording. Biaya
yang dikeluarkan saat itu sekitar Rp 11,5 juta.
"Kalau sekarang seratus kali lipat, eh bisa seribu kali lipat dari yang
pertama" tutur Ghazali.
Promosi album Rafly berjalan sukses berkat bantuan teman-teman Ghazali. Rafly
jadi tenar. Album itu terjual 70 ribu buah dalam bentuk kaset. VCD-nya sudah
laku ratusan ribu keping.Berkat penjualan album solo pertama Rafli,Ghazali bisa memperbaiki kondisi keuangannya yang buruk. Setelah itu dia merilis album solo Rafli lainnya seperti "Ainul Mardiah","Hasan dan Husen II" dan "Surga Firdaus" Bahkan dia
juga mendukung grup "Kande".Album "Kande" pertama yang berjudul "The Fighting spirit"yang dirilis tahun 2002, kasetnya telah laku sekitar 50 ribu buah, begitu pula album solo Rafly "Ainul Mardiah" yang dirilis tahun 2003.
Rafly sebagai pemimpin grup Kande menetapkan jadwal latihan ketat bagi anggota grup Kande ditambah keharusan mengajar di sanggar atau memberi les privat di luar jadwal latihan. Seruan mengajar itu sengaja dilakukan Rafly untuk mendarahdagingkan musik
pada grupnya sembari menyebarkan kemampuan bermusik ke generasi muda Aceh.
Menurut Rafly, dia berlatih vokal dengan bermacam cara. Kadangkala dia pergi ke tepi laut dan menjerit melawan debur ombak. Dulu dia sering menghabiskan waktunya di gunung. Dia senang menyanyi di kesunyian diiringi irama alam. Bila berkunjung ke kampung istrinya di Montasik, Aceh Besar, dia selalu menyempatkan diri menyusuri pematang sawah hanya untuk mendengar suara jangkrik. Setiap pagi.Itu menarik sekali itu. Iet iet iet iet (menirukan bunyi jangkrik)saking banyaknya sepanjang jalan. Dia ndak nampak, tapi suaranya besar dan banyak.Luar biasa,kenang Rafly. Matanya berbinar-binar ketika menceritakan kebiasaannya itu.
Kalau kita lihat kebesaran Tuhan melalui alam, rasanya begitu kecil kita. Itu
juga sumber inspirasi,” ujarnya.
Sumber dari :
# http://www.acehfeature.org
# Novia Liza adalah Kontributor Aceh Feature di Aceh. Ia mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Ar Raniry
Na bungong seulanga keumang
saboh bak tangke
meube harom hai sayang
di dalam taman
tatem beu tatem sibu
bungong nak luhu
tatem beu tatem sibu
bungong nak luhu
Oh kalaye tho krang
seulanga nyan gadoh mangat bee
oh kalaye tho krang
seulanga nyan gadoh manget bee
Wahe bungong ceudah hana ban
tamse nyak dara yang candeng rupa
di teuka bala dijak peu ayang
uroe ngen malam bungong di doda
sayang sayang leupah that sayang
oh troh bak wate bungong pih mala
kahabeh duroh bak tangke leukang
keubit that sayang naseb seulanga
Wahe bungong ceudah hana ban
tamse nyak dara yang candeng rupa
di teuka bala dijak peu ayang
uroe ngen malam bungong di doda
sayang sayang leupah that sayang
oh troh bak wate bungong pih mala
kahabeh duroh bak tangke leukang
keubit that sayang naseb seulanga
Kahabeh duroh bak tangke leukang
keubit that sayang naseb seulanga.
Rafli yang terlahir dari sebuah keluarga petani pada tahun 1967 di Samadua, Aceh Selatan,sejak kecil dididik untuk menjalankan tradisi nenek moyangnya yaitu berprofesi dibidang seni suara. Ayah Rafli yang bernama Mohammad Isaadalah seorang syech (pemimpin) grup Meudikee yaitu sebuah grup suara melantunkanayat-ayat Alquran.
Karena sangat menyenangi musik Slow Rock ini pada tahun 1989 dia melupakan kesenia Aceh dan berkosentrasi di musik cada ala Aceh ini. saat itu ia masih duduk di SMP,yach namanya anak muda biasalah punya pikiran waktu itu kalau tidak belajar gitar maka akan disebut kampungan atau ketinggalan zaman.Kegiatan seninya ini berhenti disaat dia menjadi guru MIN di desa Ujung Panga, Teunom kabupaten Aceh barat sampai dia pindah mengajar di MIN seuti Banda Aceh pada tahun 2000.
Nach di tahun 2000 inilah Rafly mulai membentuk grup musik yaitu Grup Kande walaupun kadang - kadang ia sering tampil solo, pada awalnya personil kande ini terdiri dari 9 orang:
1.Rafli sebagai vokalis
2.Zulkifli sebagai peniup serune kale
3.Alu sebagai Gitaris
4.Amir sebagai pemain bass
5.Iyan sebagai Drummer
6.Munjir sebagai pemain Keyboar
7.Kiki sebagai pemain Rapa'i
8.Puput sebagai pemain Rapa'i
9.Papi sebagai pemain Rapa'i
Dalam perjalanan karirnya formasi ini sedikit berubah ketika bertambahnya pemain Rapa'i dari 3 orang menjadi 5 orang serta pergantian beberapa pemain alat musik modern, akhirnya krup kande berjumlah 11 orang.
Formasi terakhir grup Kande adalah
1. Rafli sebagai vokalis
2. Zulkifli sebagai penabuh gendrang dan peniup serunee kale
3. Rafiqi sebagai pemain Rapa'i
4. Ferdiansyah sebagai pemain Rapa'i
5. Zulfikar sebagai pemain Rapa'i
6. Islahuddin sebagai pemain Rapa'i
7. Armia sebagai pemain Rapa'i
8. Fadhlul sunnni sebagai gitaris electronic
9. Munzir sebagai pemain bass
10.Alfian sebagai drummer
11.Deddy segai Gitaris akuistik
Selama 8 bulan Grup kande ini bekerja untuk untuk meracik musik cadas ala Aceh ini Studio Murizal Taher yang akrab dipanggil Momo di kelurahan Keramat, Banda Aceh. Bersamaan dengan penggarapan album pertama " Kande" Rafly menyiapkan album solo berjudul "Hasan dan Husen&" dan saat itu Rafli didukung oleh sejumlah penyair ternama Aceh, seperti Ayah Panton, Media Hus, dan Syeh Lah Bangguna.
Walaupun banyak cobaan yang dihadapi oleh Rafli setelah berhasil menyiapkan album solo pertamanya, seperti penolakan oleh produser dan pemodal untuk memproduksi karyanya namun semangat Rafli tidak surut. sampai dia tidak habis pikir bagaimana bisa lagu yang ditawarkannya ditolak oleh setiap produser yang ditemuinya.
Berbagai alasan penolakan produser yang beranggapan bahwa lagu Rafli bahasanya bercampur ( ada bahasa Aceh,Jamee dan Idonesia ) dan musiknya dianggap terlampau tua, padahal seperti kita ketahui musik Rafli ini adalah khas dan tidak menjiplak karya orang lain seperti kebanyak penyanyi sekarang baik penyanyi Aceh maupun penyanyi Indonesia, penolakan ini sangat membuatnya kecewa, sering banget setelah penolakan oleh para produser Aceh tersebut dia mampir ke warung kopi dikepala terus timbul pertanyaan : " mengapa produser Aceh tidak mau memproduksi lagu-lagu bernuansa etnik Aceh"?.
Sebagai seorang pencipta, Rafly ingin mengetahui langsung apa yang diinginkan
masyarakat Aceh. Akhirnya, timbul ide untuk memutar albumnya di warung-warung
kopi. Sembari menikmati kopi dia mendekati pemilik kedai atau pengunjung di
situ dan menanyakan pendapat mereka tentang lagu-lagunya tanpa mengatakan siapa
pemilik lagu-lagu tersebut. Ternyata banyak yang menyatakan bahwa lagu-lagu itu
enak didengar. Reaksi spontan para pendengar membuatnya jadi bersemangat. Dia
melakukan uji dengar ini selama kurang lebih setahun. Cara ini efektif, karena
warung atau kedai kopi di Aceh tak hanya jadi tempat berkumpul melainkan juga
jadi tempat memperoleh dan bertukar informasi.
Nach mulai disini keberuntungan mulai memihak kepada Rafli,DI tempat berbeda seorang produser lokal di Banda Aceh, Syech Ghazali, juga punya kegelisahan yang sama dengan Rafly. Dia merasa musik Aceh sudah keluar dari nilai-nilai tradisinya. Suatu hari datanglah Nafrizar, teman Rafly, menawarkan album "Hasan dan Husen"(album solo pertama Rafly) kepada Ghazali yang punya kantor produksi rekaman di jalan Teuku Umar,
tepatnya di depan gedung Taman Budaya Aceh (sekarang kantornya di jalan Pocut
Baren).
Walau Syeh Gazali sering menyaksikan pagelaran Rafli di Taman budaya bersama grupnya, tapi Syeh Ghazali tidak kalau Rafli berbakat dan punya album solo, nach setelah Syeh Gazali mendengar 5 buah lagu solo Rafli termasuk "Hasan Husen" dari tape recorder kecil dia sangat tertarik dan apa yang dia cari selami ini sepertinya sudah ketemu.
hingga dia meminta kepada Nafrizal untuk membawa penyanyi lagu tersebut ke kantor dia
, setelah Nafrizal membawa Rafli ke kantor Syeh Ghazali tentu saja Gazali sangat terkejut dan tidak menyangka kalau Rafli yang selama ini tampil bersama grup kande nya juga ahli dalam album solo dan memiliki suara yang khas dan fantastis.pertemuan yang sangat menyenangkan yang merupakan awal dari kesuksesan Rafli ddunia tarik suara.
Sebelum memproduksi album "Hasan dan Husen" yang mengandalkan lagu kisah cucu Nabi
Muhammad, Hasan dan Husain itu. dia menemui pandangan pesimis dan tidak mendapat dukungan dari rekan-rekan produser namun semangat tak pernah pudar karena Syeh Gazali mendapat dukungan dari masyarakat dan sahabat-sahabatnya. Awalnya Ghazali benar-benar kewalahan karena hanya mempunyai modal sedikit,namun album ini punya arti penting buatnya. Dia merasa punya tanggung jawab moral terhadap kesenian Aceh. Dia juga tak berpikir muluk-muluk. Dia hanya berharap agar lagu ini diterima para penikmat musik Aceh.
Ghazali pernah diwawancarai sebuah radio swasta di Aceh, yang menyebutnya
berani melawan arus. Ketika itu Aceh tengah dibanjiri musik India yang liriknya
dalam bahasa Aceh.
"Saya katakan, Aceh sebenarnya kaya musiknya tapi orang-orang tidak mau menggalinya saja dan tidak mau berbuat sesuatu yang baru dari hasilkreativitas" katanya Ghazali
Setelah terjadi transaksi antara Ghazali dan Rafly melalui Nafrizal pada awalnya,
mereka langsung melakukan proses rekaman di studio Morizza Recording. Biaya
yang dikeluarkan saat itu sekitar Rp 11,5 juta.
"Kalau sekarang seratus kali lipat, eh bisa seribu kali lipat dari yang
pertama" tutur Ghazali.
Promosi album Rafly berjalan sukses berkat bantuan teman-teman Ghazali. Rafly
jadi tenar. Album itu terjual 70 ribu buah dalam bentuk kaset. VCD-nya sudah
laku ratusan ribu keping.Berkat penjualan album solo pertama Rafli,Ghazali bisa memperbaiki kondisi keuangannya yang buruk. Setelah itu dia merilis album solo Rafli lainnya seperti "Ainul Mardiah","Hasan dan Husen II" dan "Surga Firdaus" Bahkan dia
juga mendukung grup "Kande".Album "Kande" pertama yang berjudul "The Fighting spirit"yang dirilis tahun 2002, kasetnya telah laku sekitar 50 ribu buah, begitu pula album solo Rafly "Ainul Mardiah" yang dirilis tahun 2003.
Rafly sebagai pemimpin grup Kande menetapkan jadwal latihan ketat bagi anggota grup Kande ditambah keharusan mengajar di sanggar atau memberi les privat di luar jadwal latihan. Seruan mengajar itu sengaja dilakukan Rafly untuk mendarahdagingkan musik
pada grupnya sembari menyebarkan kemampuan bermusik ke generasi muda Aceh.
Menurut Rafly, dia berlatih vokal dengan bermacam cara. Kadangkala dia pergi ke tepi laut dan menjerit melawan debur ombak. Dulu dia sering menghabiskan waktunya di gunung. Dia senang menyanyi di kesunyian diiringi irama alam. Bila berkunjung ke kampung istrinya di Montasik, Aceh Besar, dia selalu menyempatkan diri menyusuri pematang sawah hanya untuk mendengar suara jangkrik. Setiap pagi.Itu menarik sekali itu. Iet iet iet iet (menirukan bunyi jangkrik)saking banyaknya sepanjang jalan. Dia ndak nampak, tapi suaranya besar dan banyak.Luar biasa,kenang Rafly. Matanya berbinar-binar ketika menceritakan kebiasaannya itu.
Kalau kita lihat kebesaran Tuhan melalui alam, rasanya begitu kecil kita. Itu
juga sumber inspirasi,” ujarnya.
Sumber dari :
# http://www.acehfeature.org
# Novia Liza adalah Kontributor Aceh Feature di Aceh. Ia mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Ar Raniry
# Aceh Blogging / aneukagamaceh.blogspot.com
Nach bagi sobat-sobat yang mau dowanload lagu-lagu terbaik Rafly, bisa mendownload dibawah ini :
1. Aneuk Yatim : Download
2. Yaa Rabbana : Download
3. Seulanga : Download
4. Saleuem Aneuk Nanggroe : Download
5. Mon Hayati : Download
6. Asai Nanggroe : Download
7. Hoka Raja Loen : Download
8. Mumang : Download
9. Dara : Download
10.Ainal Mardhiah : Download
Nach bagi sobat-sobat yang mau dowanload lagu-lagu terbaik Rafly, bisa mendownload dibawah ini :
1. Aneuk Yatim : Download
2. Yaa Rabbana : Download
3. Seulanga : Download
4. Saleuem Aneuk Nanggroe : Download
5. Mon Hayati : Download
6. Asai Nanggroe : Download
7. Hoka Raja Loen : Download
8. Mumang : Download
9. Dara : Download
10.Ainal Mardhiah : Download
#Maaf Untuk Sementara Lagu yang Bisa didownload belum bisa semua album
Demikianlah tentang Rafli dan awal kesuksesannya, selamat menikmati lagu - lagu Aceh karya Rafly.
Demikianlah tentang Rafli dan awal kesuksesannya, selamat menikmati lagu - lagu Aceh karya Rafly.
Lagunya SALEUM nadanya cuyyy,,,,
BalasHapusenak bget di kuping,,,,,
Album dari rafly na yang kureung ngeoen (kateuwo Judul Jih), album lam bahasa indonesia tapi sang ken rekaman studio aceh.
BalasHapusKarena tom na kaset tapi ka di cok but ngoen awak minang