Berbicara soal pembinaan usia dini, mengingatkan saya pada sejumlah anak-anak muda Aceh seumur remaja SMA yang sampai saat ini masih berada di Paraguay. Sejumlah anak-anak muda Aceh itu, sejak 8 Agustus tahun 2008 dikirim oleh Pemerintah Aceh ke sana dalam rangka menuntut ilmu sepakbola. Oleh sejumlah sejumlah koran lokal, mereka disebut sebagai Timnas Aceh.
Dalam skuad timnas Aceh yang dikirim ke Paraguay berjumlah tiga Puluh putra terbaik Aceh diantaranya, Muarif dari Langsa, Faumi Syah Reza dari Kabupaten Singkil, Satria Setiawan dari Aceh Utara, Zikrillah Tarmidi dari Aceh Utara, Zikri Akbar dari Bireuen, Rahmat Maulana dari Bireuen, Syahrijal dari Bireuen, T M Iqbal dari Bireuen, Zoel Fadli dari Pidie, Nendi Fadriansyah dari pidie, Ahmad Agung Fauzan dari Banda Aceh, Taufik Aksal dari Banda Aceh, Malem Budiman dari Banda Aceh, Dede Ramadhan dari Banda Aceh, Rivaldi dari Banda Aceh, Randi Rizki dari Aceh Besar, Andri dari Aceh Besar, Brayan dari Sabang, dll. Selama di Paraguay, Timnas Aceh saat ini ditangani Escuela Empoli FC.
Mengingat mereka masih harus menempuh pendidikan tingkat SMA, maka mereka juga didampingi oleh empat guru pendamping, yaitu Samsuar,S.Pd sebagai Manager, Mirza Afuadi,S.Pd, Mahdalena,S.Pd, dan Nasruddin,S.Pd.
Tentu saja salah satu tujuan penggiriman tim sepakbola Aceh ke Paraguay adalah untuk memajukan persepakbolaan Aceh. Menurut Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf yang dikutip beberapa media local bahwa suatu saat Aceh memiliki tim sepakbola yang tangguh, sehingga akan menjadi kiblat persepakbolaan di Tanah Air. Karena itu Pemerintah Provinsi Aceh telah mengalokasikan dana sekitar Rp45 miliar untuk mendanai pembinaan tim junior ke Paraguay selama tiga tahun.
Mengenai keadaan mereka selama di Paraguay, sebagaimana yang dilaporkan media local di Aceh, selama ini perkembangan Timnas Aceh sudah mengalami kemajuan. Bahkan beberapa kali mampu mengalahkan klub papan atas Liga Paraguayo seperti Cerro Porteno. Meskipun pada awal-awal tahun 2010 pernah terbersit kabar bahwa timnas Aceh pernah terlunta-lunta berkaitan masalah tempat tinggal dan konsumsi. Sehingga sempat ramai diprotes oleh orang tua mereka di Aceh. Namun hal itu sudah kembali di atasi setelah dibentuk tim khusus untuk menanggani masalah itu.
Melihat track record kesebelasan Paraguay selama piala dunia kali ini, memang membawa harapan tertentu kepada timnas di Aceh. Seperti yang kita saksikan Timnas Paraguay mampu berbuat banyak meskipun akhirnya dihentikan dapat dihentikan Spanyol untuk memperoleh satu tiket menuju babak semifinal.
Pertanyaannya adalah apakah gaya sepakbola Aceh ke depan akan seperti yang diperlihatkan oleh timnas Paraguay selama piala dunia itu? Jawabanya sangat tergantung pada kemampuan mereka yang sedang berlatih di Paraguay dalam mengadopsi gaya sepakbola di sana. Banyak yang berharap mereka mampu melakukan itu sehingga dapat membawa perubahan dalam dunia sepakbola kita.
Dalam skuad timnas Aceh yang dikirim ke Paraguay berjumlah tiga Puluh putra terbaik Aceh diantaranya, Muarif dari Langsa, Faumi Syah Reza dari Kabupaten Singkil, Satria Setiawan dari Aceh Utara, Zikrillah Tarmidi dari Aceh Utara, Zikri Akbar dari Bireuen, Rahmat Maulana dari Bireuen, Syahrijal dari Bireuen, T M Iqbal dari Bireuen, Zoel Fadli dari Pidie, Nendi Fadriansyah dari pidie, Ahmad Agung Fauzan dari Banda Aceh, Taufik Aksal dari Banda Aceh, Malem Budiman dari Banda Aceh, Dede Ramadhan dari Banda Aceh, Rivaldi dari Banda Aceh, Randi Rizki dari Aceh Besar, Andri dari Aceh Besar, Brayan dari Sabang, dll. Selama di Paraguay, Timnas Aceh saat ini ditangani Escuela Empoli FC.
Mengingat mereka masih harus menempuh pendidikan tingkat SMA, maka mereka juga didampingi oleh empat guru pendamping, yaitu Samsuar,S.Pd sebagai Manager, Mirza Afuadi,S.Pd, Mahdalena,S.Pd, dan Nasruddin,S.Pd.
Tentu saja salah satu tujuan penggiriman tim sepakbola Aceh ke Paraguay adalah untuk memajukan persepakbolaan Aceh. Menurut Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf yang dikutip beberapa media local bahwa suatu saat Aceh memiliki tim sepakbola yang tangguh, sehingga akan menjadi kiblat persepakbolaan di Tanah Air. Karena itu Pemerintah Provinsi Aceh telah mengalokasikan dana sekitar Rp45 miliar untuk mendanai pembinaan tim junior ke Paraguay selama tiga tahun.
Mengenai keadaan mereka selama di Paraguay, sebagaimana yang dilaporkan media local di Aceh, selama ini perkembangan Timnas Aceh sudah mengalami kemajuan. Bahkan beberapa kali mampu mengalahkan klub papan atas Liga Paraguayo seperti Cerro Porteno. Meskipun pada awal-awal tahun 2010 pernah terbersit kabar bahwa timnas Aceh pernah terlunta-lunta berkaitan masalah tempat tinggal dan konsumsi. Sehingga sempat ramai diprotes oleh orang tua mereka di Aceh. Namun hal itu sudah kembali di atasi setelah dibentuk tim khusus untuk menanggani masalah itu.
Melihat track record kesebelasan Paraguay selama piala dunia kali ini, memang membawa harapan tertentu kepada timnas di Aceh. Seperti yang kita saksikan Timnas Paraguay mampu berbuat banyak meskipun akhirnya dihentikan dapat dihentikan Spanyol untuk memperoleh satu tiket menuju babak semifinal.
Pertanyaannya adalah apakah gaya sepakbola Aceh ke depan akan seperti yang diperlihatkan oleh timnas Paraguay selama piala dunia itu? Jawabanya sangat tergantung pada kemampuan mereka yang sedang berlatih di Paraguay dalam mengadopsi gaya sepakbola di sana. Banyak yang berharap mereka mampu melakukan itu sehingga dapat membawa perubahan dalam dunia sepakbola kita.
Satu hal yang perlu dicatat, melihat perkembangan sepakbola kita selama ini yang belum dapat berbicara banyak banyak. Mungkin ini salah satu solusi, bagaimana setiap daerah mau mengirim atlet sepakbolanya untuk belajar di negeri orang. Tak perlu mengharapkan pada PSSI. Memang hasilnya perlu ada pembuktian, tetapi Aceh sudah mencoba melakukannya.
AYO BANGKIT GARUDA-GARUDA MUDA SERAMBI MEKAH.
AYO BANGKIT GARUDA-GARUDA MUDA SERAMBI MEKAH.
Semoga Garuda-Garuda Muda Seantero Nusantara Juga Bangkit Untuk Memerah Putihkan Dunia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar