BANDA ACEH – Sinyal merah menyertai kesuksesan Persiraja promosi ke Liga Super Indonesia atau Indonesia Super League (ISL) musim depan. Betapa tidak, walau telah merengkuh tiket lolos sejak 25 Mei lalu, namun hingga kini tak ada persiapan berarti dari kubu ‘Lantak Laju’ dalam menyongsong kompetisi terelit di Tanah Air tersebut.
Selain pembentukan tim yang belum dimulai, renovasi terhadap Stadion Harapan Bangsa, Lhong Raya, Banda Aceh, yang digadang-gadangkan menjadi kandang ‘Laskar Rencong’ pengganti Stadion H Dimoerthala Lampineung, juga tak ada geliatnya. Jika situasi ini terus berlanjut, besar kemungkinan Persiraja terancam tak bisa berkandang di Banda Aceh, bahkan Aceh karena Stadion Harapan Bangsa dan stadion lain di Tanah Rencong tidak layak menggelar pertandingan Liga Super.
Seperti diketahui, dalam Manual Liga telah ditegaskan, stadion yang berhak mementaskan pertandingan Liga Super harus memenuhi sejumlah kriteria dan memiliki fasilitas berstandar internasional. Kriteria itu mencakup jumlah lampu penerang lapangan beserta kekuatan dayanya, plus fasilitas ruang ganti pemain, wasit, ruang konferensi pers, compound tv, dan tribun khusus wartawan. Ironisnya, sederet kriteria dan fasilitas tersebut belum tersedia di Stadion Harapan Bangsa. Jika pun ada, kondisinya sangat tidak layak.
Jadi, bila semua persyaratan tersebut tidak segera dibenahi dalam waktu sesegera mungkin, mengingat ISL direncanakan bergulir pada Oktober mendatang, kemungkinan besar stadion terbesar di Aceh tersebut takkan lolos verifikasi. Itu artinya, Persiraja harus bersiap-siap memindahkan kandangnya ke luar Aceh. Yang terdekat tentu ke provinsi yang memiliki tim Liga Super seperti Sumatra Barat, Riau, dan Sumatra Selatan. Terkait hal ini, Sekretaris Umum Persiraja, Atqia Abubakar mengakui, situasi tersebut sangat pelik.
Menurut dia, status Stadion Harapan Bangsa yang merupakan aset provinsi membuat kewenangan renovasi stadion sepenuhnya dipegang Pemerintah Aceh. “Jadi, dalam hal ini kami hanya bisa mengimbau agar Pemerintah Aceh secepatnya merenovasi Stadion Harapan Bangsa.
Apalagi, sebagai satu-satunya tim Aceh di Liga Super, status Persiraja sekarang bukan lagi milik Banda Aceh, tapi sudah menjadi milik seluruh masyarakat Aceh,” ujarnya kepada Serambi, kemarin. Atqia menekankan, renovasi stadion tersebut mesti dikhususkan kepada fasilitas-fasilitas penting yang menjadi persyaratan utama dalam verifikasi.
“Kalau kita lihat stadion sekarang, mungkin yang penting direnovasi adalah kamar ganti pemain dan wasit, ruang konferensi pers, dan toilet. Karena, fasilitas itu sangat tidak layak pakai,” pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar